Kelelahan (burnout), kecemasan (anxiety), krisis seperempat abad (quarter-life crisis). Ini bukan saja hanya rintangan yang saya hadapi selama beberapa tahun terakhir ini, tetapi juga merupakan masalah yang saya lihat-lihat mulai mempengaruhi generasi ini. Banyak dari kita telah bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan impian dengan mengorbankan identitas diri, ataupun rutinitas self-care sehari-hari yang menimbulkan rasa bersalah terhadap diri sendiri. Belum lagi melihat orang lain bisa melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan mereka di media sosial, seperti menjalankan proyek sampingan yang mereka sukai, ataupun bepergian (travelling), yang mungkin akan membuatmu iri, dan merusak mood-mu seharian.
Meskipun begitu, saya yakin disinilah kualitas mental generasi ini diuji. Mencari karir impian, aktivitas sosial dan politik, cinta, tujuan, dan banyak lagi. Namun masalahnya adalah banyak dari kita yang belum tahu dengan apa yang sebenarnya mereka cari.
Seorang Dalai Lama (kepala biksu) pernah ditanya tentang arti hidup, dan ia menjawabnya dengan sederhana, “makna hidup adalah kebahagiaan”. Lalu melanjutkannya dengan mengatakan bahwa itu adalah pertanyaan yang mudah. Pertanyaan sulitnya adalah, “apa yang membuat orang bahagia?”.
Begitulah kehidupan saya selama beberapa tahun terakhir. Saya sadar bahwa ketika mengukur kehidupan, definisi kesuksesan saya bukanlah naik jabatan, pengakuan dari kolega-kolega saya, atau makanan dan liburan-liburan yang telah saya nikmati. Bahkan ketika melakukan sesuatu yang produktif, saya masih merasa seperti kehabisan bensin.
Ketika saya mencoba hal-hal baru, seperti resign, backpacking, mengambil sertifikasi yoga, saya menemukan perspektif baru tentang apa yang sebenarnya membuat diri kita bahagia, dan apa inti dari semua ini. Saya selalu ingin membagikan perspektif-perspektif yang saya dapatkan sejak itu, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk terjun ke dunia psikologi positif yang sedang berkembang.
Apa itu Psikologi Positif Martin Seligman?
Psikologi positif yang digagas oleh Martin Seligman adalah cabang ilmu psikologi yang berfokus pada studi ilmiah mengenai perkembangan manusia yang positif. Ketika Martin Seligman menjadi Presiden American Psychological Association pada tahun 1998, salah satu tujuan utamanya adalah menyeimbangkan perhatian dan sumber daya yang telah ia dedikasikan untuk mempelajari apa yang salah dengan manusia, lalu melanjutkannya dengan meneliti apa yang benar. Apa yang membuat orang bahagia? Latihan dan intervensi apa yang membuat mereka lebih bahagia? Apa yang menciptakan makna? Bagaimana kita mendefinisikan kesejahteraan? Ini sedikit seperti mempelajari mengenai makna kehidupan, dengan beberapa dukungan ilmiah.
Tentu saja ilmu sains itu tidak sempurna, dan sangat bergantung pada faktor individu, budaya, dan ideologis. Namun ilmu sains jugalah yang telah menarik saya untuk terjun ke dunia psikologi positif Martin Seligman ini. Teori-teori yang didukung bukti berdasarkan penelitian ilmiah lebih menarik perhatian saya dibandingkan dengan buku-buku pengembangan diri, pelatih, ataupun taktik bisnis.
Di bawah ini saya berikan beberapa konsep dan kerangka kerja singkat dan sederhana untuk memberikan perspektif kehidupan dari lensa psikologi positif hingga saat ini. Semoga ada yang relevan dengan kehidupanmu ya!
Kebahagiaanmu Ada Dalam Kendalimu

Beberapa dari kamu mungkin telah akrab dengan statistik di atas. Perlu kamu tahu kalau situasi juga merupakan faktor kebahagiaan yang seringkali dilupakan, dan hampir sebagian dari kebahagiaan adalah buah hasil dari perbuatan kita sendiri – baik itu dari pikiran, pola pikir, atau sesuatu yang kita tuju.
Ini bukan berarti positive thinking adalah hal yang bisa kamu andalkan setiap waktu, namun hidup kita sebagian besar terbentuk dari persepsi dan banyaknya pilihan-pilihan yang kita buat setiap hari. Di sisi lain, kita telah terbiasa dengan hal ini. Coba ingat-ingat, kapan terakhir kali kamu beranggapan kalau kenaikan gaji atau hubungan baru adalah kunci kebahagiaan-mu.
Ini mungkin terdengar basi, tapi kebahagiaan seringkali datang dari hal-hal yang sangat sederhana. Bertoleransi dan menikmati saat-saat atau kesenangan-kesenangan kecil. Mendaur ulang suasana negatif menjadi positif. Sering-sering bersyukur. Menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
Apa yang bisa kamu lakukan untuk menjadi lebih bahagia saat ini
Kehidupan Seperti Apa yang Harus Kamu Kejar?
Pertanyaan lawas yang kerap ditanyakn: Kehidupan seperti apa yang ingin kamu jalani? Kehidupan yang berbeda dari orang lain? Kehidupan yang harmonis dengan keluarga? Kehidupan yang bebas dan penuh petualangan? Atau hidup dengan keuangan yang stabil?
Seligman mempelajari 3 pendekatan kehidupan yang berbeda, masing-masing berfokus pada elemen kesejahteraan yang berbeda.
Berikut adalah 3 gaya hidup berbeda yang beliau uraikan:

Kehidupan yang Menyenangkan: Pendekatan kehidupan ini pada dasarnya memfokuskan optimalisasi emosi positif. Dimana kamu mengingat-ingat pengalaman indahmu untuk membuat diri merasa lebih baik.
Kehidupan yang Baik: Ini adalah pendekatan kehidupan yang melibatkan banyak hal. Dimana salah satunya adalah ketika seseorang menemukan kekuatannya dan menggunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan keharmonisan hidup keluarga, cinta, pekerjaan, dan banyak lagi.
Kehidupan yang Bermakna: Pendekatan kehidupan ini berjuang untuk mendapatkan rasa puas dalam hidup dengan menggunakan kekuatan sendiri, namun untuk tujuan yang lebih besar dari sekedar untuk kepuasan pribadi (contoh: berpartisipasi dalam politik)
Dalam penelitiannya, Seligman menemukan bahwa kepuasan hidup terkait dengan kombinasi ketiga pendekatan tersebut. Namun, kehidupan yang Bermakna adalah faktor terkuat, diikuti oleh kehidupan yang Baik. dan Kehidupan yang Menyenangkan memiliki hanya sedikit sekali kontribusi terhadap kepuasan hidup, tetapi berfungsi sebagai pelengkap untuk kedua faktor lainnya.
Tidak ada jawaban benar atau salah di sini, karena saya sendiri merasa kalau hasil penelitian Seligman tidak mencangkup semua individu. Saya sendiri telah mengalami masing-masing dari ketiga gaya hidup yang berbeda dalam hidup saya, dan setiap orang akan mengalami hal yang berbeda dan mendapatkan perspektif yang berbeda mengenai apa yang membuat hidupnya menyenangkan.
Referensi:
Baca juga mengenai sisi positif dari kegagalan disni
Masing2 orang punya masalah yang masing2 berbeda, bgtu juga dengan kebahagiaannya, yang penting cintai diri sendiri itu nomor 1 baru mencintai yang lainnya agar bs bahagia😊
sangat lengkap dan komprehensif