Menetapkan batasan-batasan diri (personal boundaries) merupakan salah satu hal krusial yang wajib kamu terapkan untuk membangun identitas diri. Tidak hanya itu, personal boundaries juga merupakan aspek penting dari kesehatan mentalmu (kalian para quarterlifer yang rentan dengan isu ini wajib untuk menetapkannya!). Mengabaikan personal boundaries artinya kamu masih belum menyayangi dirimu. Ini juga seringkali menjadi faktor munculnya perasaan depresi, insecure, dan trauma dalam dirimu. Hal ini dikarenakan kamu tidak tahu bagaimana untuk mengatakan kesegananmu ketika seseorang melewati batasan yang membuatmu merasa tidak nyaman.
Di artikel ini, KitaCeritain ingin membahas seputar personal boundaries. Mulai dari pengenalan, bagaimana cara menetapkannya, alasan mengapa kamu harus memilikinya dalam hidup, dan bagaimana cara menjelaskannya kepada orang lain.
Table of Contents
Apa itu Personal Boundaries?
Personal boundaries artinya adalah batasan-batasan diri. Lebih kompleksnya, personal boundaries adalah sebuah batasan yang diri kamu sendiri telah tetapkan untuk menjaga kestabilan mental dan emosimu. Personal boundaries–mu bisa ketat, tipis, pas diantara keduanya, atau bahkan tidak ada sama sekali (kamu bisa mengukurnya di quiz seberapa kuat personal boundaries-mu). Nah jika kamu belum memiliki personal boundaries, artinya kamu belum memiliki pendirian yang kuat atau masih bergantung dengan orang lain dalam menjalani hidup.
Personal boundaries-mu akan membentuk identitasmu. Lebih tepatnya, Personal boundaries membantumu untuk menegaskan individualitasmu, dan memperjelas apa yang menjadi tanggung jawab dan apa yang bukan, sehingga kamu tidak lagi dilema ketika dituntut untuk mengambil keputusan.
Personal boundaries tidak hanya berbentuk psikologis atau emosi, tapi juga bisa berbentuk fisik. Contohnya saja menolak untuk berkontak fisik dengan rekan kerja di pandemi ini, yang sama halnya dengan boundaries berbentuk emosi (Contoh: meminta rekan kerja untuk tidak membuat tuntutan yang tidak masuk akal ketika kamu sedang sibuk).
5 Jenis Personal Boundaries

Personal Boundaries yang efektif akan menjaga hubungan-mu (baik roman maupun sosial) tetap kuat. Berikut adalah beberapa boundaries yang perlu kamu pertimbangkan untuk menjaga suatu hubungan agar tetap kuat.
- Boundaries Fisik
Boundaries fisik adalah boundaries yang mengacu pada kontak tubuh, privasi, dan ruang pribadimu. Kamu mungkin seseorang yang suka bermesraan di tempat umum (nyaman dengan kontak fisik ini) atau mungkin malah merasa risih (tidak nyaman). Kalau pasanganmu menciummu di tempt umum dan kamu tidak nyaman dengan itu, kamu berhak untuk mengatakannya. Mengkomunikasikan preferensi dan harapan mungkin sulit, tetapi jika kamu tidak mengkomunikasikannya kamu akan merasa tidak dihargai. Bisa jadi pasanganmu adalah salah satu orang yang paham akan boundaries ini, yang ketika kamu mengatakannya ia akan langsung paham. Mengkomunikasikan boundaries ini juga bisa jadi mudah jika kamu menginginkannya. Cukup bilang, “Jika kamu tidak mau menghargai boundaries ini, aku akan pergi”. Tapi cara ini juga tidak selalu berhasil.
- Boundaries Emosional
Untuk menetapkan batasan emosional, kamu harus mengenali perasaanmu dulu. Kamu harus tahu kondisi seperti apa yang menyebabkanmu mendapatkan perasaan itu. Jika kamu dan pasanganmu mendapati ketidaksepakatan yang membuat kalian berdua kesal, maka tidak bisa dipungkiri lagi kalau kamu membutuhkan personal boundaries untuk diterapkan dalam hubunganmu. Sadari kapan kamu merasa bersalah, malu, kesal, dan tidak dihargai. Boundaries akan diperlukan ketika kamu menyadari perasaan negatif yang muncul pada situasi tertentu.
- Boundaries Seksual
Boundaries seksual adalah boundaries seputar ekspetasimu terhadap hubungan intim. Apa yang baik dan tidak baik bagimu dalam hubungan seksual. Contohnya, seberapa sering kamu berhubungan intim, apa yang tidak mau kamu dengar ketika sedang berhubungan intim, bagian tubuh mana yang kamu tidak ingin pasanganmu sentuh, siapa saja yang boleh mengetahui kebiasaan seksualmu, dan lain sebagainya. Semuanya harus dikomunikasikan kepada pasangan intim-mu. Boundaries seksual yang sehat itu mencakup kesepakatan bersama, dan paham akan boundaries ataupun ekspetasi seksual satu sama lain.
- Boundaries Intelektual
Boundaries intelektual adalah boundaries yang mencakup ide dan keyakinan. Boundaries ini menyangkut rasa hormat satu sama lain mengenai ide dan keyakinan yang dianut masing-masing individu untuk menghindari konflik. Kamu pernah gak sih merasa kesal sendiri setelah merendahkan atau membodoh-bodohkan orang lain karena mereka tidak memahami ataupun menghargai pendapatmu? Kalau pernah, artinya kamu membutuhkan boundaries ini di hidupmu.
- Boundaries Finansial
Seperti namanya, boundaries finansial tentunya adalah batasan yang menyangkut keuangan. Boundaries ini diantaranya menyangkut berapa banyak yang harus kamu tabung, ke rekening mana uang itu akan kamu tabung, berapa banyak yang bisa kamu belanjakan, dan apa saja yang harus kamu beli. Dengan boundaries ini, kamu bisa keep on track dengan pengeluaranmu, baik pengeluaran pribadi ataupun pengeluaran untuk keluarga. Kalau kamu salah satu orang yang sering bertengkar dengan pasanganmu karena masalah pengeluaran, maka inilah saatnya untuk menetapkan boundaries finansial dalam hidupmu.
Personal Boundaries dan Self-care
Personal boundaries yang sehat adalah komponen penting dari kesehatan mental. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang psikologis Amerika, Dana Nelson, dalam artikel Self-Care 101: Setting Healthy Boundaries, yang menuliskan “personal boundaries yang buruk menyebabkan kemarahan, kebencian, dan kelelahan”.
Pada artikel Establishing and maintaining boundaries in teacher-student relationships, sebuah riset mengenai personal boundaries dalam hubungan guru & murid yang ditulis oleh Bernstein-Yamashiro & Noam, dikatakan bahwa beberapa guru menyatakan jika personal boundaries telah membantu mereka mengurangi rasa lelah dalam bekerja dan membuat mereka lebih betah dalam menjalani profesinya. Riset tersebut adalah bukti dari bagaimana personal boundaries dapat membantumu mengurangi stress di lingkungan kerja.
Tidak hanya membentuk sebuah personal boundaries, tapi kamu juga harus membentuk personal boundaries yang sehat, karena alih-alih mengurangi stress, personal boundaries yang buruk justru dapat membuatmu makin rentan dengan stress. Tidak hanya itu, personal boundaries yang buruk juga dapat merugikanmu di lebih banyak hal, seperti mengacaukan pengelolaan finansial, time management, hubungan, yang dimana hal-hal tersebut juga akan mengacaukan kesehatan mentalmu. Dengan kata lain, personal boundaries yang buruk dapat berdampak negatif pada semua aspek kehidupan-mu.
Sementara itu, personal boundaries yang sehat akan memberikanmu banyak manfaat. Salah satu diantaranya adalah kamu akan lebih paham mengenai konflik batin ketika menghadapi sebuah keputusan sulit. Dengan begitu, kamu dapat lebih percaya diri dalam membantu orang lain membuat keputusan untuk mendapatkan apa yang terbaik bagi mereka (bukan hanya untuk orang-orang di sekitar mereka).
Dengan membangun personal boundaries artinya kamu telah menyayangi dirimu sendiri, karena ini adalah bagian dari self-care. Tapi tidak seperti self care yang bersifat intutitif, seperti olah raga teratur dan makan makanan sehat, manfaat dari membangun personal boundaries bukanlah hal yang dapat dipahami oleh semua orang dengan mudah. Untuk mendapatkan kepuasan batin yang lebih besar, kamu harus memahami personal boundaries yang sehat bagi dirimu.
Contoh Personal Boundaries yang Sehat

Penjelasan terus pasti membutmu bertanya-tanya “Terus, bentuk personal boundaries yang sehat itu gimana?”
Personal boundaries yang sehat akan bergantung dari dengan siapa kamu membangunnya. Tolak ukur personal boundaries yang sehat dengan pasangan akan berbeda dengan personal boundaries sehat dengan rekan kerjamu.
Pada hubungan guru-murid, guru membuat personal boundaries dengan memisahkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan di sekolah (profesinya). Cara yang dilakukan guru untuk menerapkan boundaries ini adalah dengan tidak memberikan terlalu banyak informasi mengenai kehidupan pribadi mereka dengan muridnya (Bernstein-Yamashiro & Noam, 2013). Guru juga biasanya memberi aturan pada para murid di awal tahun ajaran baru, dan menegaskan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan .
Guru juga bisa saja mengatakan pada muridnya kalau ia tidak akan merasa bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi pada mereka diluar jam pelajaran sekolah. Dengan begitu mereka tidak perlu mencemaskan hal-hal yang terjadi pada muridnya di luar kendalinya.
Tidak hanya guru profesi yang perlu membangun personal boundaries di lingkungan kerja, tapi hampir semua profesi akan memerlukannya. Bahkan praktisi terapis kesehatan mental, seperti psikolog/psikiater, juga juga perlu menerapkannya diantara klien mereka. Mereka bukan makhluk yang kebal terhadap stres dan gangguan mental, bahkan mungkin lebih rentan terhadap isu-isu tersebut dibandingkan orang pada umumnya. (Barnett et al., 2007).
Salah satu cara terapis membangun personal boundaries diantara kliennya adalah dengan tidak terhubung dengan mereka di jejaring sosial (dan telah meminta izin). Dengan begitu kehidupan pribadi, dan kehidupan profesional mereka tidak akan tercampur aduk.
Tidak hanya dalam lingkup profesionalitas, personal boundaries artinya juga penting untuk lingkup sosial dengan orang-orang terdekatmu.
Contoh saja ketika kamu ingin pindahan, kamu tidak akan membiarkan temanmu untuk bertamu terlalu lama. Dengan begitu kamu bisa menyelesaikan proses packing-mu dengan lebih cepat. Begitu juga ketika temanmu memintamu untuk membantu mereka packing. Kamu mungkin akan menolaknya dengan halus karena kamu yakin kalau packing adalah kegiatan yang seharusnya dikerjakan sendiri. (Katherine, 2000)
Personal boundaries juga dapat membantumu mengelola segala tuntutan waktu. Bukan hanya tuntutan yang membuatmu stress, tapi juga tuntutan yang sejalan dengan passion-mu.
Personal boundaries yang tidak kalah penting untuk dibangun adalah personal boundaries dengan pasanganmu.
Contoh saja, seseorang meminta pasangannya untuk tidak menemuinya setiap hari, namun cukup 1 malam saja dalam seminggu karena tuntutan pekerjaan yang padat. Contoh lain adalah seorang ibu yang baru melahirkan anak pertamanya meminta sang suami untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk sang buah hati, supaya ia mendapatkan sedikit lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri. (Barkin & Wisner, 2013)
Terakhir, personal boundaries juga penting dalam hubungan orang tua dan anak. Contohnya, orang tua kamu tidak mengizinkanmu untuk masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Adapula kamu yang mungkin sering mewanti-wanti orang tuamu untuk tidak membuka buku harianmu.
Orang tua berhak menetapkan personal boundaries apa yang boleh anaknya terapkan kepada mereka (untuk pengwasan). Namun sebaiknya, orang tua menegaskannya mengenai apa yang menjadi masalah pribadi dan apa yang harus diceritakan, guna membangun rasa percaya satu sama lain.
Cara Mengatur Personal Boundaries

Langkah pertama dalam membangun personal boundaries adalah menyadari boundaries yang tanpa kamu sadari telah kamu bangun. Contohnya, kamu sadar kalau boundaries dengan pasanganmu sudah sehat, namun tidak dengan rekan kerjamu. Dengan begitu kamu bisa memutuskan personal boundaries seperti apa yang harus kamu buat dengan teman/rekan kerjamu.
Adapula untuk menerapkannya kamu hanya cukup berkata “tidak” dengan tegas pada hal-hal yang melangkahi boundaries-mu, tanpa perlu untuk menjelaskannya. (Kairns, 1992). Tidak menjelaskan terlalu banyak adalah hal yang bagus dalam membangun personal boundaries, karena keputusanmu adalah hakmu.
Ini memunculkan poin penting untuk tetap teguh dengan keputusanmu. Untuk menolak ajakan temanmu, kamu bisa mengatakan, “Aku membutuhkan waktu untuk diri sendiri (me-time) setelah jam kerja” daripada “kamu tidak boleh menggangguku setelah jam kerja”.
Hal penting lain yang perlu kamu tahu adalah setiap boundaries yang kamu bangun pasti memiliki konsekuensi. Ini berarti penting buat kamu untuk menjelaskan kepada orang-orang yang terkait dengan boundaries itu, mengapa kamu tidak bisa melakukannya.
Contoh saja, seseorang yang sedang ada masalah di hubungannya mungkin akan berkata kepada pasangannya jika dia (pasangannya) harus mulai menghormati perjalanan karirnya kalau masih ingin menjalin hubungan dengannya.
Selain itu, penting juga untuk menyatakan konsekuensi dari boundaries yang akan kalian sepakati dengan jelas agar lebih efektif.
Pada dasarnya, kunci dari membangun personal boundaries adalah pertama-tama kamu harus tahu apa yang kamu inginkan dari berbagai macam hubunganmu (pertemanan, keluarga, pasangan, dsb). Kemudian dari keinginan itu, kamu akan mendapatkan gambaran boundaries apa yang harus kamu buat. Setelah itu teguhkan tekad untuk merealisasikan personal boundaries yang ingin kamu bangun, dan jelaskan kepada orang-orang yang terlibat dalam hubungan itu.
Referensi:
Baca juga mengenai manfaat quarter-life crisis disini
Ternyata Penting juga Personal Boundaries untuk Quarterlifer
Apa bedanya personal boundaries dengan self awareness ka?
Personalboundaries penting juga buat di kehidupan bermasyarakat ya..
Saya belajar tentang personal boundaries disini, sebelumnya tidak mengerti sama sekali tentang ini😊👍